Dalam setiap proyek konstruksi, Anda harus memperhatikan kualitas dari bangunan yang dihasilkan. Langkah ini sangat penting untuk memastikan bahwa bangunan tersebut layak dan aman untuk ditinggali. Salah satu cara yang bisa dipilih untuk melakukan pengujian bangunan adalah hammer test.
Hammer test merupakan metode pengujian yang dilakukan untuk melakukan penilaian kualitas beton. Dalam pelaksanaannya, hammer test memerlukan penggunaan alat khusus yang dikenal dengan nama rebound schmidt hammer. Alat ini merupakan hasil temuan dari ahli Swiss bernama Ernst Schmidt yang punya fungsi menguji kekerasan permukaan.
Berkaitan dengan uji kekerasan permukaan, ada dua jenis hammer test yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda, yaitu:
- Tipe N dan NR. Kedua tipe hammer test ini mempunyai fungsi untuk melakukan pengujian kekuatan tekan beton bermutu keras (100 kg/cm2 – 500 kg/cm2), baik pada balok, kolom, ataupun pelat.
- Tipe P dan PT. Jenis hammer test yang satu ini memiliki kegunaan untuk menguji kekuatan tekan beton yang memiliki kualitas rendah, contohnya pekerjaan dinding.
Cara Kerja Hammer Test
Dalam pelaksanaannya, alat hammer test bekerja dengan cara melontarkan pemukul atau hammer. Pemukul tersebut dilengkapi dengan pegas yang punya nilai kekakuan tertentu. Untuk penggunaannya, Ada 2 langkah yang perlu Anda lakukan, yakni:
Persiapan
Saat melakukan pengujian kualitas beton, persiapan matang merupakan hal yang tak boleh dilewatkan. Ada 3 langkah persiapan yang harus Anda laksanakan, yakni:
- Penyusunan rencana pengujian. Dalam tahapan ini, Anda perlu menyiapkan segala peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk keperluan hammer test.
- Mempersiapkan data dan informasi pendukung. Data ini mencakup berbagai aspek, termasuk di antaranya adalah lokasi detail konstruksi, tata ruang, serta kualitas bahan yang digunakan selama proses pembangunan.
- Penentuan titik pengujian. Tes pada kolom memerlukan 5 titik pengujian, dan masing-masing titik terdiri dari 9 titik tembak. Pengujian balok perlu 3 titik tes, dengan masing-masing titik punya 5 titik tembak. Sementara itu, hammer test untuk pelat lantai membutuhkan 5 titik uji dan masing-masing terdiri dari 5 titik tembak.
Baca juga: Inilah Tipe Besi Terbaik untuk Rumah Anda
Proses Pengujian
Kalau persiapannya sudah lengkap, maka Anda dapat memulai proses pengujian. Langkah-langkah yang perlu dilakukan selama pengujian beton adalah sebagai berikut:
- Tempatkan ujung plunger hammer test pada titik tembak yang telah ditentukan. Pastikan bahwa ujung hammer itu menyentuh dalam posisi tegak lurus atau miring dengan permukaan beton.
- Tekan plunger secara perlahan menuju ke arah titik tembak. Jangan lupa untuk menjaga agar hammer test tetap dalam kondisi stabil. Ketika ujung plunger tidak terlihat, alat akan menembakkan pemukul ke permukaan.
- Laksanakan pengujian dengan cara serupa pada setiap titik tembak yang telah ditentukan.
- Hasil pengujian menggunakan hammer test bisa Anda dapatkan dalam bentuk grafik yang memperlihatkan hubungan antara nilai pantul dengan kuat tekan beton.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengujian Hammer Test
Dalam pelaksanaannya, metode hammer test bukanlah pengujian yang sempurna. Cara pengujian kualitas beton konstruksi dengan hammer test punya kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Beberapa kelebihan yang bisa Anda dapatkan kalau menggunakan metode uji hammer test di antaranya adalah:
- Biaya murah. Pelaksanaan uji kualitas beton dengan hammer test tidak memerlukan biaya yang besar. Oleh karenanya, metode ini cukup banyak digunakan dalam setiap proyek konstruksi.
- Proses pengujian yang cepat. Cara pengujian dengan alat hammer test tidak butuh waktu lama. Selain itu, penggunaan alatnya juga praktis dan tidak memerlukan tingkat keahlian tinggi.
- Tidak merusak. Hammer test merupakan salah satu jenis non-destructive test atau tes yang tidak menimbulkan kerusakan.
Meski begitu, ada beberapa kekurangan yang perlu Anda cermati ketika memilih menggunakan hammer test, yakni:
- Tingkat akurasi rendah. Hasil pengujian menggunakan hammer test dipengaruhi oleh berbagai faktor di lapangan, seperti tingkat kerataan permukaan, kelembapan permukaan beton, agregat kasar, usia beton, derajat karbonisasi, dan lain sebagainya.
- Kesulitan dalam proses kalibrasi hasil pengujian.
- Informasi yang didapatkan minim. Dalam proses pengujian ini, Anda hanya memperoleh data berkaitan dengan karakteristik beton pada tingkat permukaan.
Sampai di sini, Anda sudah lebih tahu tentang hammer test, kan? Kalau Anda memiliki banyak pertanyaan tentang metode pengujian ini lebih lanjut, klik tombol di bawah ini untuk mendapatkan konsultasi gratis dengan tim Cipta Kreasi.